SYUNAHOME~ Belajar Jadi Ibu ❤️

Anggota Institut Ibu Professional (IIP) Kalimantan Selatan

Kamis, 27 September 2018

Aliran Rasa Komunikasi Produktif

Aku tidak tahu, komunikasiku dengan anakku belakangan memburuk. Aku mulai mengurangi porsiku tersenyum pada anakku seperti saat dia baru saja lahir ke dunia. Aku mulai belajar menyuarakan kekesalanku atas ulahnya. Aku mulai bisa melakukan hal-hal yang buruk padanya, yang tidak pernah kulakukan sebelumnya.

Aku merasa stress. Ternyata perlakuanku tidak juga membuatnya semakin baik seperti yang kuharapkan. Aku kira, dengan keras kepadanya dia akan melembut. Padahal, itu bertentangan sekali, aku juga tahu itu. Apa selama ini aku sudah melakukan kesalahan saat mendidiknya?


Aku terpekur.

Berpikir.

Ada yang salah, ya, ada yang salah. Pasti.

Apa ya? 

Apakah aku mempergaulkan anakku dengan anak yang bersikap buruk? Tidak.

Apakah aku memperlihatkannya dengan tontonan yang tidak baik? Tidak juga

Apakah aku membangun komunikasi yang kurang bagus dengannya?

Ah!

Ya, itu akar permasalahannya. 

Sejak menapaki jalan long distance marriage, rasanya emosiku rentan sekali. Aku kelelahan. Aku lebih sering meluapkan emosi negatif, aku sering mengabaikan komunikasi yang baik karena segudang alasan. Aku... 

... aku tahu itu itu salah.

Lalu, Bunda Sayang mengarahkan Komunikasi produktif. sebagai challange.

Komunikasi produktif? Komunikasi seperti apa itu? Apakah itu akan membantuku memperbaiki komunikasiku dengan anakku?

---

Apa yang aku dapatkan selama tantangan ini?

Pelajaran yang aku dapatkan selama mengikuti challange ini ada beberapa poin, misalnya:

1. Menjadi lebih sabar karena terbiasa melakukan komunikasi produktif dengan tutur kata yang lemah lembut. Tidak menggunakan kata-kata yang terdengar kasar atau intonasi yang terlalu tinggi. Sebuah tantangan jika dilakukan secara konstan dalam durasi yang lama. Tantangan yang sulit, kurasa.

2. Bisa memetakan emosi melalui catatan online yang kita tulisa secara berkala di blog. Entah itu hari-hari dimana kita berhasil. Ataupun hari-hari dimana kita mengalami kegagalan dalam melaksanakan misi komunikasi produktif.

3. Menjadi lebih mengerti, bahwa anak-anak melakukan banyak hal setiap saat, dia mengalirkan banyak emosi setiap hari, dia mengekspresikan jutaan pikirannya dalam setiap tindakannya. Memahamkan kita sebagai ibu, bahwa kita istimewa untuk bisa memilikinya. Kita beruntung dikarunia seorang anak yang sempurna dan siap belajar. Kita harus bersyukur dengan memberinya hal yang terbaik dari hal terbaik yang bisa kita berikan. :')

4. Menjadi semakin tertantang untuk melakukan challange ini setiap hari ke depannya. Agar komunikasi produktif yang kita dapatkan tidak hanya sesaat saja selama masa tantangan komunikasi produktif berlangsung, tapi selamanya.

Of all the gift that life has to offer, a loving mother is the greatest of all.




Be First to Post Comment !
Posting Komentar

Disqus Shortname

Comments system